Pembeli-pembeli Arloji Tua dari Luar Indonesia

 

 

Dari obrolan dengan Bapak Roni, penjual arloji tua yang membuka lapak di depan Toko Arloji Sami Djaya, Jalan ABC Bandung, ternyata ada fenomena menarik tentang para pembeli yang berasal dari luar Indonesia. Mereka umumnya berasal dari Singapura, Thailand, dan Malaysia. Setiap minggu atau paling tidak 2 minggu sekali secara rutin mereka akan menyambangi lapak-lapak arloji tua di seputaran jalan ABC. Baik sendiri atau berkelompok, setiap lapak akan mereka sisir untuk memborong arloji-arloji tua yang ada. Bukan arloji tua yang masih hidup saja, yang mati pun jika mereka suka akan mereka borong. Bahkan aku pun tadinya disangka sebagai orang Thailand yang akan memborong.

Ternyata tidak butuh waktu lama untuk menyaksikan secara langsung bagaimana para pemburu arloji tua itu beraksi. Dalam waktu kurang dari seminggu, aku menyaksikan 3 kejadian, bagaimana orang-orang Malaysia dan Thailand memborong arloji tua di Jalan ABC. Sekali borong, mereka sedikitnya membeli 5 arloji. Ada yang terang-terangan berbahasa asing ketika tawar-menawar, tapi ada juga yang lucu, seorang Malaysia berusaha menutupi asalnya dengan mati-matian berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Tetapi kosa kata yang dipilihnya tidak jamak dalam percakapan kita sehari-hari orang Indonesia….hehehehe…

Lalu untuk apa mereka menyisir dan memborong arloji-arloji tua? Kalau menurut para pedagang  arloji tua di Jalan ABC, mereka akan menjualnya lagi di negara masing-masing. Tetapi jika menurut info dari situs-situs internet, selain untuk dijual lagi, arloji-arloji tua dari Indonesia mereka butuhkan sebagai suku cadang perbaikan secara kanibal.

Indonesia rupanya adalah surga bagi mereka untuk berburu arloji-arloji tua. Indonesia sebagai bekas jajahan Belanda menyimpan lebih banyak arloji tua dibandingkan dengan negara mereka. Mungkin juga para kakek buyut kita dahulu lebih trendi bergaya dengan arloji daripada nenek moyang mereka..:-)

Kalau sudah begini, tentu populasi arloji tua di Indonesia akan habis diborong dan diboyong ke negeri-negeri tetangga. Suatu saat, jika kita ingin mengkoleksi arloji tua, kita tidak akan bisa menemuinya lagi di Indonesia. Mungkin belanjanya cuma bisa lewat online internet saja. Ada seorang lain bapak penjual arloji tua di jalan ABC yang berprinsip lebih baik menjual 75 ribu ke pembeli yang berasal dari Bandung, daripada menjual 100 ribu ke pembeli Singapura/Malayasia. Kalau dengan pembeli dari Bandung, paling tidak arlojinya ada di Indonesia. berputar-putar di Indonesia. Jika orangnya bosan, pasti dijual lagi ke saya, katanya. Lain jika dijual ke pembeli luar negeri. Arloji tua itu tidak akan balik lagi ke Indonesia. Habis. Arloji tua Indonesia akan habis.